Senin, 25 Januari 2010

"Bertarung" Merebut Kursi Ketum HMI Purwakarta

“Salam. mohon doa dari kanda sekalian… Insyaallah dinda akan bertarung d arena konfercab himpunan mahasiswa islam (HMI) cabang purwakarta pada tanggal 31 januari 2010. wassalam.”

Hari ini, tanggal 25 Januari 2010 tepat pukul 12.04.12 saya mendapat sms dari seseorang. Isi sms-nya persis dengan yang saya tulis di atas. Bahkan, ejaan, tanda baca, pun persis saya translate kedalam tulisan ini. Entah karena kebetulan atau tidak, yang jelas biasanya kalau saya mengutip sms kedalam sebuah tulisan, selalu saya tulis seadanya, persis, satu pun tidak ada yang saya dirubah.

Saat ini sebenarnya saya tengah mempersiapkan pertanggungjawaban uang program kepada masyarakat sebesar Rp. 900.000.000. Ada sekitar 20 rupa laporan yang harus saya buat, termasuk RAB dan proyeksi di tahun 2010. Mendapat sms di atas, saya pending dulu itu laporan, lalu saya menulis catatan ini. Mengapa? Lantaran ada beberapa hal yang menggelitik nalar saya.

Yang menggelitik itu sebenarnya hanya dalam satu kata, “bertarung”. Bertarung? Ha..ha… Kaya pemain judo atau pesilat saja. Lima tahun silam memang saya juga pernah mengikuti ilmu bela diri pencak silat. Waktu itu di Pesantren Wanayasa. Sang pelatih selalu mengingatkan, berulang-ulang, bahwa apa yang tengah dipelajari bukan untuk benar-benar digunakan dalam “pertarungan” secara fisik, tetapi bagaimana “bertarung” melawan emosi (nafsu) kita sendiri.

Selanjutnya, “bertarung” dalam konteks di atas menjadi menarik lantaran ia bukan variabel yang independen, berdiri tanpa tautan dengan kata yang lainnya. “Bertarung” dalam sms kader tadi diembel-embeli dengan “konfercab”, “mahasiswa”, dan “Islam”.

Jelas, dalam nalar logis dan sadar, bahwa “bertarung” di atas bisa menjelaskan satu bentuk dinamika organisasi kemahasiswaan yang lahir tahun 1947 lalu itu. Namun, tendensi “bertarung” berkonotasi kurang benar, lantaran konsensus kebahasaan telah menjembatani jurang antara pemaknaan dan lahiriyah sebuah bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bertarung adalah proses konfrontasi fisik antara satu individu dengan individu yang lain. Dengan begitu, apa yang dikatakan oleh kader di atas, tidak relevan, mengingat korelasi verbal dengan konteks makna sesungguhnya amat jauh.

Secara kontekstual, bahwa dinamika organisasi tidak harus kemudian membentuk satu spirit baru dalam bentuk yang frustatif dan heroik, misalnya “bertarung”. Karena imajinasi “tarung” tidak sebombastis fakta sesungguhnya. Ia hanya buble, hanya gelembung linguistik yang di dalamnya disusupi semangat fanatis dan sektarian golongan atau individu. Sebab seungguhnya, apa lagi dalam lingkup internal organisasi, tidak ada lawan yang harus diposisikan di “sana”, sementara saya “di sini”. Semuanya adalah di sini dan di sana, tidak ada aku dan kau, yang ada adalah kita semua.

He…. Tetapi, empat tahun yang lalu, saya, Hasan Sidik, juga pernah mengirim sms serupa kepada para alumni dan senior, nadanya hampir persis, cuma tidak ada kata “tarungnya” saja. Lawan “tarung” (Eit, sudah ikut-ikutan pake kata tarung segala, dasar lidah! Mudah keseleo) saya waktu itu senior saya sendiri. Saya pikir waktu itu, sms demikian adalah bagian dari usaha seorang kader untuk coba mengukur kualitas diri dan bagaimana seorang calon ketua umum, apa lagi Ketua Umum HMI, bisa diterima oleh semua pihak.

Setelah perseteruan yang sengit, (eee… maaf saya juga menggunakan kata “perseteruan sengit”, padahal faktanya tidak berseteru dan tidak begitu sengit), saya terpilih sebagai Ketua Umum. Perasaan keren, bangga, hebat, jadi pemimpin gitu lhoh. Tetapi, hari-hari yang saya jalani setelah itu, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Amanah besar yang saya pikul tidak selalu dapat saya tunaikan. Berat. Banyak cercaan. Listrik sekretariat telat bayar saja jadi tema sentral para alumni dan kader-kader yang tak sepersepsi. Tapi minimal, saya bersyukur pernah merasakan bagaimana menjadi individu yang secara formalitas didaulat oleh kawan-kawan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta periode 2005-2006. (Perasaannya mendebarkan…)

Nah, ketika beberapa menit yang lalu ada kader yang sms, saya juga tergelitik. Terpikir untuk menguji nalar sendiri, menganalisis, lalu ingin mengkritik. Setelah mengkritik, jadi ingin tertawa. Ha..ha..ha.. Saya juga dulu begitu, Dinda…..! (Ala…h.. pake Kanda-Dinda segala. Amang-amangan wae meureun!).

Yakusa HMI Purwakarta, tolong gelorakan semangat perkaderan dan semangat membangun insan akademis, pencipta, pengabdi yang diridhoi Allah SWT….

Tidak ada komentar:

Belajar Komputer

belajar-ilmu-komputer.blogspot.com

Mengenai Saya

Foto saya
Purwakarta, Jawa Barat
Lahir di Purwakarta, 21 Pebruari 1983. Pernah singgah di STIE Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta jurusan Manajemen SDM. Pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta sebagai Ketua Umum periode 2005-2006. Kini kegiatan sehari-hari mengabdi kepada masyarakat lewat PNPM Mandiri Perdesaan, sebagai Ketua UPK Kec. Kiarapedes Purwakarta. Aktif juga mengajar TI di MTs YPMI Wanayasa, Membuka Kursus Komputer serta Jasa Pelayanan Masyarakat di Bidang TI. Sekarang tengah merintis usaha di bidang pertanian dan peternakan. Selain itu untuk konsumsi pribadi, tengah giat menulis novel. Satu nivel telah selesai dan sekarang tengah mencari penerit untuk menerbitkan novel tersebut.

Kurs

Berita Artis

script type="text/javascript"> kb_content = 'celebrity';

Berita Terkini